[Unpad.ac.id, 21/07/2016] Kebijakan pangan pemerintah masih terfokus pada peningkatan produksi, penerapannya pun masih dilakukan secara parsial. Saat ini, belum ada strategi diversifikasi yang terintegrasi. Untuk itu, perlu adanya perubahan fundamental, berupa kebijakan diversifikasi pangan spesifik berbasis sumber daya lokal, untuk mendukung ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan pangan nasional.

E. Herman Khaeron saat mempresentasikan hasil disertasinya yang berjudul “Model Pengembangan Diversifikasi Pangan dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional (Suatu Kasus di Provinsi Jawa Barat)” pada Sidang Promosi Doktor di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad, Jln. Dipati Ukur No. 35 Bandung, Kamis (21/07). (Foto oleh: Dadan T)*
Hal tersebut disampaikan E. Herman Khaeron saat mempresentasikan hasil disertasinya yang berjudul “Model Pengembangan Diversifikasi Pangan dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional (Suatu Kasus di Provinsi Jawa Barat)”. Sidang Promosi Doktor Herman digelar di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad, Jln. Dipati Ukur No. 35 Bandung, Kamis (21/07).
Dalam penelitiannya, Herman merumuskan model diversifikasi pangan dan ketahanan pangan berkelanjutan. Menurutnya, model diversifikasi pangan yang dikembangkan haruslah berdasarkan pada pendekatan humanis dan bersifat kolaboratif, partisipatif, dan integratif di antara seluruh elemen terkait.
“Oleh karenanya, model ini mengedepankan penghargaan terhadap komoditas dan nilai global, namun mengedepankan moral, keragaman hayati milik negeri, nilai lokal, partisipasi, identitas bangsa, rasa bangga, dan pola budaya bangsa, merupakan model pengembangan diversifikasi, ketahanan dan kedaulatan pangan yang demokratis. Sehingga model yang ditawarkan dalam penelitian ini adalah Model Pengembangan Diversifikasi Pangan Demokratis,” papar Herman, yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi IV DPR RI.
Model demokratis didesain dengan mengintegrasikan, menyinergikan, dan mengkolaborasikan komunitas petani sebagai intinya, dengan akademisi, pelaku bisnis, pemerintah, dan media massa. Modal dasarnya adalah komunitas, komoditas lokal, modal sosial, inovasi pangan, investasi pangan, sistem informasi pangan, dan inovasi kelembagaan.
“Strategi pengembangan diversifikasi pangan berkelanjutan dapat dilakukan melalui adopsi investasi diversifikasi pangan berbasis komunitas, pendekatan multi helix model, pendekatan sistem agribisnis terintegrasi, metode terintegrasi pemberdayaan dan pengembangan masyarakat, inovasi pangan dan kelembagaan pangan, inisiasi institusi pangan lokal profesional seperti Bulog desa dan BUMDes, serta pengembangan modal pangan masyarakat,” ujar Herman.
Lebih lanjut Herman mengatakan, secara ekonomi politik, mewujudkan model diversifikasi pangan demokratis berbasis komunitas dan berkelanjutan membutuhkan kebijakan, berupa peraturan nasional dan daerah yang berkaitan dengan anggaran stimulus operasional, pelatihan generasi pelaku agribisnis pangan, pendampingan oleh SDM profesional, serta percontohan dan replikasi kemandirian lokal.
“Kebijakan diperlukan untuk pengkajian, persiapan, pelaksanaan, dan pengembangan model diversifikasi pangan berkelanjutan di seluruh Indonesia,” ujar Herman.
Dalam Sidang Terbuka ini, bertindak sebagai tim promotor adalah Prof. Dr. Ir. Hj. Yuyun Yuwariah AS., MS, Prof. Ir. H. Tuhpawana P. Sendjaja, Ph.D, dan Dr. Ir. H. Sudarjat, MP, dengan ketua sidang Prof. Tri Hanggono Achmad . Turut menghadiri acara ini Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Ketua DPR Ade Komarudin, Wakil Ketua DPR Fadli Zon dan Agus Hermanto, Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI Edhie Baskoro Yudhoyono, dan Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana.
“Kami nyatakan bahwa Saudara lulus sebagai Doktor dalam Bidang Ilmu Pertanian dengan yudisium Cumlaude,” tutur Prof. Tri Hanggono Achmad saat membacakan hasil sidang.*
Laporan oleh: Artanti Hendriyana / eh
The post Herman Khaeron Tawarkan Model Pengembangan Diversifikasi Pangan Demokratis appeared first on Universitas Padjadjaran.