[unpad.ac.id, 22/08/2017] Permasalahan keterlambatan perkembangan anak masih menjadi gejolak bagi bangsa Indonesia. Ini didasarkan jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia masih tinggi, yaitu mencakup 121.244 anak, mengutip data Kemendikbud RI pada 2017. Dari jumlah tersebut, kelompok tuna grahita menempati posisi pertama sebesar 69.403 anak, atau setara dengan 57,24% dari total jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia.

Tim PKM Pengabdian kepada Masyarakat BOM BOM CAR yang lolos ke ajang Pimnas ke-30 di Universitas Muslim Indonesia (UMI) di Makassar, 23-28 Agustus mendatang (Foto: Purnomo Sidik)*
Permasalahan tuna grahita (gangguan fungsi intelektual maupun adaptif pada periode perkembangan anak) menjadi keluhan bagi para guru di Sekolah Luar Biasa (SLB) BC Fadhilah, Jatinangor. Para guru mengeluh anak tuna grahita yang mereka didik belum mampu belum mampu menggunakan motorik halusnya dengan baik.
Hal tersebut tentu menggangu aktivitas anak tuna grahita dan dapat berdampak untuk masa depannya. Padahal, kurikulum sekolah telah menjadikan kemampuan praktikal menjadi prioritas utama yang diberikan kepada anak tuna grahita, seperti menulis, menggambar, mewarnai, hingga aktivitas menjahit, memasak, dan membuat kerajinan.
Keluhan ini pun direspons secara baik oleh mahasiswa Unpad. Setelah melakukan asesmen dan observasi terkait kebutuhan SLB Fadhilah, didapat kesimpulan bahwa sekolah tersebut membutuhkan suatu program komplementer untuk membantu stimulasi dasar motorik halus siswa tuna grahita.
Para mahasiswa yang diketuai Umi Latifah dari Fakultas Kedokteran Gigi Unpad kemudian merancang program komplementer yang selanjutnya dinamakan BOM-BOM CAR (Belajar Olah Motorik Melalui Carving). Secara teknis, program ini didasarkan pada teori motorik halus Payne yang disusun dari aktivitas termudah hingga tersulit dan disesuaikan dengan kapasitas siswa.
Penyusunan ini dilakukan karena kemampuan motorik halus dapat digunakan secara optimal jika mendapatkan stimulasi yang tepat. Hal ini karena pada setiap fase, anak membutuhkan rangsangan untuk mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya. Semakin banyak rangsangan yang didapat oleh anak semakin baik pula motorik halusnya.
Adapun siswa yang mengikuti program BOM BOM CAR ini sebanyak 13 siswa setara tingkat pendidikan SMP dan SMA, dengan 4 siswa terkategori tuna grahita ringan, serta 9 siswa terkategori sedang. Program ini berlangsung selama satu setengah bulan dari April hingga Mei 2017.
Selama satu setengah bulan, terdapat 16 pertemuan yang terdiri dari tahap warming up dan carving, serta diawali dengan prates dan pascates. Kedua tes tersebut menggunakan panduan observasi mengenai milestones perkembangan motorik halus yang terdiri atas 30 perilaku dan disusun berdasarkan kelompok usia mental.
Hasil perbandingan prates dan pascates menunjukkan terjadi peningkatan kemampuan motorik halus siswa tuna grahita dari 48% menjadi 82% (usia mental 4 – 6 tahun), serta dari 42% menjadi 85% (usia mental 7 tahun).
Program ini pun menjadi Program Kreativitas Mahasiswa dan berhasil lolos untuk mengikuti ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-30 di Universitas Muslim Indonesia, Makassar, 23 – 28 Agustus.*
Rilis/am
The post Mahasiswa Unpad Rancang Program Komplementer Untuk Siswa Tuna Grahita appeared first on Universitas Padjadjaran.