[unpad.ac.id, 26/06/2017] Pemanfaatan jamu dan obat-obatan herbal lainnya hingga saat ini masih banyak digunakan orang. Badan Kesehatan Dunia pada 2004 mencatat, hampir 80% masyarakat yang tinggal di negara berkembang mengandalkan obat-obatan herbal sebagai sumber utama perawatan kesehatan.

Direktur Leiden Ethnoscience and Development Programme Faculty of Science Leiden University, Prof. Dr. L. Jan Slikkerveer Saat menjadi pembicara kunci dalam “The 2nd International Seminar and Expo on Jamu” yang digelar Fakultas Farmasi Unpad di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad, Jalan Dipati Ukur No. 35, Bandung, Selasa (26/09). (Foto: Tedi Yusup)*
Direktur Leiden Ethnoscience and Development Programme Faculty of Science Leiden University, Prof. Dr. L. Jan Slikkerveer optimis pengobatan herbal menjadi salah satu masa depan kesehatan dan kesejahteraan bangsa Indonesia. Hal ini tentunya butuh integrasi antar seluruh pemangku kepentingan.
Saat menjadi pembicara kunci dalam “The 2nd International Seminar and Expo on Jamu” yang digelar Fakultas Farmasi Unpad di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad, Jalan Dipati Ukur No. 35, Bandung, Selasa (26/09), Prof. Jan mengatakan, pengesahan berbagai jenis obat, aromatik, dan kosmetik (medicinal, aromatic, cosmetic) herbal setidaknya perlu mengintegrasikan 3 aspek, yaitu pemerintah, perguruan tinggi, dan industri.
Integrasi ini dilakukan agar ragam herbal dapat menghasilkan berbagai penelitian dan aman digunakan oleh masyarakat. Saat ini, ragam herbal dikategorikan digunakan untuk pengobatan tradisional, pengobatan gabungan antara modern dan tradisional, hingga untuk pengobatan modern.
Meski demikian, ada aturan dan uji klinik agar obat herbal bisa terintegrasi dengan kedokteran modern. Maya Gustina Andarini dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengungkapkan, uji klinik terhdap berbagai obat herbal ini juga bertujuan agar obat herbal dapat diterima oleh dokter dan menjamin keamanannya untuk masyarakat.
“Uji klinis ini semata-mata untuk menjamin kesehatan masyarakat,” ujar Maya.
Wakil Rektor Bidang Riset, Pengabdian pada Masyarakat, Kerja Sama, dan Korporasi Akademik Unpad Dr. Keri Lestari, M.Si., Apt., saat membuka seminar mengungkapkan, Unpad berkontribusi dalam pengembangan obat herbal di Indonesia. Upaya ini diwujudkan dengan hadirnya pusat riset herbal yang ada di Laboratorium Sentral Unpad.









Selain itu, dalam rangka pengembangan Kawasan Sains dan Teknologi (KST), Unpad bekerja sama dengan Martha Tilaar Group mengembangan program Teaching Industry. Program ini sebagai wahana pengembangan keilmuan khususnya produk-produk herbal bagi civitas academica Unpad.
Seminar internasional ini menghadirkan pembicara kunci para akademisi dan praktisi di bidang herbal dari beberapa negara. Selain menggelar seminar, acara juga diisi dengan presentasi panel, pameran poster, dan pameran produk herbal.
Dalam kesempatan yang sama, dilakukan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Konsorsium Keilmuan Penemuan dan Pengembangan Obat antara Fakultas Farmasi Unpad dan beberapa perguruan tinggi di Indonesia.*
Laporan oleh Arief Maulana
The post Pengembangan Herbal Perlu Integrasi Pemerintah, Perguruan Tinggi, dan Industri appeared first on Universitas Padjadjaran.