Laporan oleh Arif Maulana
[unpad.ac.id, 15/4/2020] Upaya penanganan wabah pandemi Coronavirus (COVID-19) di Indonesia membutuhkan strategi yang baik. Strategi ini utamanya bertujuan untuk memutus mata rantai penularan pandemi serta kesehatan dan kesejahteraan masyarakat tetap terjamin.
Karena itu, sejumlah akademisi lintas keilmuan Universitas Padjadjaran menyampaikan rekomendasi strategi yang bisa dilakukan pemerintah maupun masyarakat dalam menghadapi pandemi Coronavirus. Rekomendasi itu disampaikan dalam seminar virtual yang digelar lewat aplikasi telekonferensi Zoom, Rabu (15/4) siang.
Ada lima akademisi yang memberikan pemaparannya, antara lain Prof. Dr. Cissy Kartasasmita, dr., Sp.A(K), M.Sc., (Fakultas Kedokteran), Noer Fauzi Rachman, PhD, (Fakultas Psikologi), Dr. Tomy Perdana, M.P., (Fakultas Pertanian), Prof. Arief Anshory Yusuf, (Fakultas Ekonomi dan Bisnis), serta Kunto Adhiwibowo, PhD (Fakultas Ilmu Komunikasi) dengan moderator Dr. Asep Sumaryana, M.Si.
Di bidang ilmu kedokteran, Prof. Cissy menyampaikan, ada sejumlah rekomendasi yang bisa dilakukan pemerintah maupun masyarakat untuk berjuang melawan pandemi. Indonesia, menurutnya, jangan bergantung sepenuhnya pada negara lain dalam penanganan Coronavirus. Penyediaan sarana penunjang, di antaranya Alat Pelindung Diri (APD) dan Ventilator harus dapat diproduksi sendiri.
“Saat ini Unpad dan ITB sudah membuat ventilator mandiri,” kata Prof. Cissy.
Edukasi masyarakat terkait protokol pencegahan COVID-19 harus terus digalakkan. Pembatasan sosial jangan cepat diperlonggar begitu wabah mulai mereda. Ini disebabkan, pandemi ini bisa datang dengan tiba-tiba.
Berbagai aktivitas yang baik, seperti menjaga kesehatan secara mandiri, mencuci tangan serta kebiasaan mengantre di tempat umum harus terus dilaksanakan. Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang mulai diterapkan di sejumlah wilayah harus dipatuhi oleh masyarakatnya. Diharapkan, kebijakan ini akan menurunkan penularan COVID-19 dengan cepat.
Menjaga Alam
Selanjutnya, Noer Fauzi menjelaskan, pandemi Coronavirus diharapkan menjadi refleksi bagi manusia untuk tidak merusak alam. Pembukaan hutan besar-besaran untuk kepentingan manusia berdampak pada masifnya transfer resevoir virus dari hewan hutan ke manusia. Jika transfer ini terjadi, berbagai penyakit zoonosis dapat dengan mudah terjadi.
“Pengalaman timblunya wabah flu dan malaria akibat penularan virus dari hewan bisa kita cegah dengan melakukan tindakan konservasi,” kata Noer.
Noer menganalisis, manusia perlu membangun kembali hubungan yang baik dengan alam. Hal ini untuk mencegah patogen dari hewan tidak bermigrasi ke manusia. Karena itu, tingkah laku manusia dalam merawat alam harus diperhatikan di tengah Pandemi ini.
Manajemen Rantai Pasok
Sementara itu, Dr. Tomy memaparkan strategi manajemen rantai pasok pangan di kala bencana pandemi Coronavirus. Ia dan tim telah melakukan riset cepat terkait manajemen rantai pasok di kala pandemi ini. Hasilnya, ada sejumlah strategi yang bisa dilakukan.
Dari sektor bisnis, jika sebelumnya proses bisnis menekankan pada efisiensi dan profit, di tengah pandemi ini, proses bisnis harus mulai menerapkan protokol pangan yang aman untuk semua level pelaku usaha. Selain itu, perencanaan kesinambungan bisnis harus dilakukan untuk menjamin pasokan operasi dan layanan dengan basis data.
“Harus bangun sistem rantai pasok pangan lokal, jangan hanya mengandalkan impor. Dukungan pemerintah untuk membantu pelaku rantai pasok pangan yang terdampak diperlukan,” kata Dr. Tomy.
Saat ini, Dr. Tomy sendiri tengah melaksanakan riset terkait manajemen rantai pasok pangan di dalam penanggulangan bencana bersama peneliti dari University of Southampton serta sejumlah pemangku kebijakan di Indonesia.
Ongkos Ekonomi Pandemi COVID-19
Prof. Arief Anshory Yusuf berbicara mengenai dampak ekonomi saat Pandemi COVID-19. Berdasarkan hasil riset kredibel, Indonesia mengalami masalah serius saat menghadapi Coronavirus. Tanpa intervensi dan mitigasi minimal, diperkirakan korban pandemi ini bisa mencapai di atas 1 juta jiwa.
Prof. Arief menganalisis dampak ekonomi Pandemi COVID-19 berdasarkan 3 skenario, yaitu skenario intervensi minimal, intervensi kuat, dan intervensi kuat yang dibarengi dengan stimulus fiskal. Metodologi yang digunakan merupakan kombinasi antara benefit cost analysis sederhana, model CGE IndoTERM dan telaah literatur.
Dari analisis ekonomi yang dilakukan, Prof. Arief menyimpulkan bahwa intervensi kuat untuk meminimalisasi penyebaran COVID-19 dalam jangka pendek (2020 saja) dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi lebih parah dibandingkan skenario intervensi minimal. Namun, jika didapatkan dalam konteks jangka panjang, pertumbuhan ekonomi jangka panjang dapat lebih tertekan kalau skenario yang terjadi adalah intervensi minimal.
“Analisis CBA menyimpulkan bahwa kerugian ekonomi dari strategi intervensi kuat (supression) jauh lebih rendah daripada kerugian ekonomi skenario intervensi minimal. Selisih kerugiannya bisa mencapai 5,600 trilyun rupiah kalau tanpa memperhitungkan nilai mortalitas, dan bahkan bisa mencapai 14,000 trilyun rupiah – hampir setara dengan nilai total GDP Indonesia di tahun 2019 – jika memperhitungkan nilai ekonomi dari mortalitas,” paparnya.
Komunikasi Efektif
Kunto Adhiwibowo, PhD, memaparkan mengenai analisis komunikasi publik pemerintah dalam menyampaikan informasi mengenai Coronavirus. Strategi komunikasi pemerintah harus tepat, di antaranya ialah memanfaatkan kecemasan masyarakat.
Ia menilai, masyarakat butuh informasi yang jelas terkait pandemi ini. Informasi awal pemerintah yang terkesan mengabaikan pandemi melahirkan efek bumerang yang berbahaya. Akibatnya, masyarakat menjadi abai untuk menjaga kesehatan diri.
“Kecemasan yang tidak dikelola dengan informasi yang baik akan berubah menjadi marah dan muncul penolakan (denial). Akibatnya, masyarakat menjadi tidak percaya pada pemerintah,” kata Kunto.
Menurutnya, pengelolaan informasi harus jelas, call to action (direspons masyarakat), kredibel, dan konsisten.*
The post Ini Rekomendasi Strategi Penanganan Coronavirus dari Akademisi Unpad appeared first on Universitas Padjadjaran.