Quantcast
Channel: Universitas Padjadjaran
Viewing all articles
Browse latest Browse all 5514

Mang Koko, Sang Maestro Karawitan Sunda

$
0
0
Seniwati Sunda Ida Rosida bersama moderator Prof. Ganjar Kurnia pada Keurseus Budaya Sunda “Ngaguar Karya Mang Koko” yang diselenggarakan Pusat Digitalisasi dan Pengembangan Budaya Sunda Universitas Padjadjaran, Rabu (10/11/2021).*

[Kanal Media Unpad] Seniman Koko Koswara, atau yang akrab disapa Mang Koko, merupakan maestro di bidang seni karawitan Sunda. Karya-karyanya taklekang dimakan zaman dan mencakup seluruh tingkatan usia, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa.

“Mang Koko merupakan salah satu agen pembaharu seni karawitan Sunda. Pembaruan dilakukan bukan hanya karena mengikuti selera masyarakat, melainkan ingin mengakrabkan karawitan dengan masyarakat,” ungkap seniwati Sunda yang juga anak dari Mang Koko Ida Rosida pada Keurseus Budaya Sunda “Ngaguar Karya Mang Koko” yang diselenggarakan Pusat Digitalisasi dan Pengembangan Budaya Sunda Universitas Padjadjaran, Rabu (10/11/2021).

Lahir 10 April 1917 dan wafat 4 Oktober 1985, Mang Koko mulai aktif menulis lagu pada medio 1940-an. Hingga akhir hayatnya, Mang Koko menghasilkan 1.000 lagu. Namun, yang berhasil diarsipkan sebesar 500 judul lagu. Hal ini menandakan bahwa sebagai seniman, Mang Koko merupakan seniman yang produktif.

Tidak hanya di seni kawih, Mang Koko juga menciptakan banyak karya dalam bidang seni drama maupun gending karesmen.

Salah satu kreasi yang diciptakan Mang Koko dalam seni karawitan adalah “Wanda Anyar”. Ida menjelaskan, almarhum telah menciptakan ragam gending “Wanda Anyar” sejak 1960-an. Meski saat ini “Wanda Anyar” merupakan salah satu kreativitas seni Sunda, di awal penciptaannya banyak menuai penolakan dari berbagai pihak.

“Dalam hal ini, Mang Koko suka sembunyi-sembunyi karena banyak yang menentang, karena dianggap merusak patokan karawitan. Bahkan ada juga yang menyebut sebagai Gamelan Beatles,” kata Ida.

Jika ditelusuri lebih jauh, kreasi “Wanda Anyar” justru tidak merusak patokan karawitan Sunda. Ida mengatakan, Mang Koko hanya memvariasikan nada dan tabuhan gamelannya.

Tidak hanya itu, pada beberapa komposisi, Mang Koko juga memasukkan unsur suara kentongan. Di bagian yang lain, ia melengkapi bunyi kecapi dengan musik elektrik.

Kreasi ini akhirnya berbuah penghargaan. Pemerintah pusat mengapresiasi Mang Koko melalui Piagam Wijayakusumah pada 1971 sebagai tokoh pembaharu musik Sunda.*

The post Mang Koko, Sang Maestro Karawitan Sunda appeared first on Universitas Padjadjaran.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 5514

Trending Articles