Laporan oleh Arif Maulana

Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) sedang melakukan kunjungan ke kampus Universitas Padjadjaran.(Foto: Arif Maulana)*
[unpad.ac.id, 20/4/2020] Praktisi pendidikan Indonesia Yusra Tebe menyebut bahwa sektor pendidikan menjadi satu di antara sektor terdampak selama masa kedaruratan Pandemi COVID-19. Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI per 16 April 2020, sedikitnya 68,7 juta pelajar terdampak akibat Coronavirus.
“Faktanya hampir seluruh sekolah dan madrasah terdampak,” ujar Yusra saat menjadi pembicara dalam “WFH COVID-19 Webinar Series Unpad: Dampak COVID-19 Terhadap Dunia Pendidikan di Indonesia”, Senin (20/4).
Ada empat dampak yang mendera anak akibat pandemi ini. Faktor kerentanan kesehatan, pendidikan yang terputus, kurangnya hak bermain dan bersosialisasi, serta perubahan siklus sosial anak merupakan dampak yang timbul.
“Anak-anak mulai kecanduan gawai karena banyak kegiatan atau tugas sekolah yang dilakukan lewat gawai, dan akhirnya dipakai kesempatan bermain. Orangtua pun akhirnya kewalahan,” kata Yusra.
Pemberlakuan metode belajar dari rumah sendiri dilanda sejumlah tantangan. Yusra menjelaskan, sebanyak 46 ribu lebih atau 18% dari total satuan pendidikan dasar dan menengah di Indonesia belum memiliki fasilitas akses internet. Bahkan, 8 ribu sekolah belum teraliri listrik.
Selain itu, belum terbiasanya siswa melakukan belajar daring atau belajar mandiri, terbatasnya jaringan dan kuota internet, minimnya fasilitas gawai, serta lingkungan belajar yang kurang kondusif juga menjadi tantangan pemberlakukan belajar dari rumah.
Bahkan, lanjut Yusra, anak sejatinya memiliki energi besar dan cenderung lebih dekat bersama teman ketimbang keluarga untuk konteks belajarnya. Selain itu, kemampuan orangtua dalam mendampingi pembelajaran anak akan berbeda. Saat ini, banyak orangtua yang mulai merasa tertekan saat mendampingi proses belajar anak.
Konsultan pendidikan dalam situasi bencana ini mengutip hasil survei yang dilakukan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI. Salah satu hasilnya menyebut bahwa 49% anak berpendapat bahwa program belajar dari rumah membebani mereka.
Survei tersebut juga menjelaskan, 49% anak menjalankan aktivitas bermedia sosial selama belajar dari rumah. Hanya 22% dari responden yang mengerjakan tugas, 13% menjalankan hobi, serta 9% melakukan aktivitas olahrahga.
Kontribusi Semua Pihak
Dalam webinar yang dimoderatori Direktur Pendidikan dan Internasionalisasi Unpad Mohammad Fahmi, M.T., PhD, tersebut, ada empat saran yang disampaikan Yusra untuk mendorong peningkatan aktivitas belajar dari rumah.
Yusra menjelaskan, akademisi diharapkan dapat mengembangkan teknologi tepat guna untuk mendukung pembelajaran lebih efektif. Beragam materi pendidikan diharapkan dapat dikemas dan disampaikan secara menarik dengan memanfaatkan sosial media.
Untuk wilayah yang belum terfasilitasi listrik dan internet, distribusi buku bacaan sangat dianjurkan. Namun, proses distribusi ini tetap sesuai dengan standar protokol pencegahan COVID-19.
“Selain itu, selemah-lemahnya kontribusi kita adalah tidak menyebarkan informasi hoaks dan salah, sehingga tidak menyebabkan kepanikan. Tingkat share informasi yang positif,” kata Yusra.*
The post Membangun Kembali Pendidikan yang Terdampak Akibat Coronavirus appeared first on Universitas Padjadjaran.